Namaku Raib. Dan aku bisa menghilang.
Gak banyak novel lokal yang mengangkat tema fantasi seperti Tetralogi Bumi ini (dan itu salah satu kenapa saya beralih untuk membaca novel luar - I'm a fantasy addict after all). Salut dengan ide Kak Tere Liye untuk membangun dunia pararel di bumi ini.
Saya suka dengan Bulan, yang dideskripsikan sebagai "dunia masa depan bumi" dimana kehidupan sudah berjalan serba canggih. Bila dibandingkan dengan bumi, seakan-akan kita masih hidup di zaman primitif.
5/5 bintang untuk idenya.
Tapiiii.. Sayangnya saya harus bilang kalau saya kecewa dengan alur ceritanya.
Pertama, gaya bahasa yang digunakan. Saya rasa bahasa untuk anak usia 15 tahun sekarang sudah komunikatif. Penggunaan kosa kata baku di dalam novel ini membuat saya kurang nyaman membacanya.
Kedua, Ali. Jangan salah, saya menyukai Ali, tapi sosok Ali yang digambarkan sebagai bocah jenius yang selalu benar terus menerus dan diulang-ulang apa gak bikin bosan membacanya? Apa emang gak ada yang tidak dimengerti oleh Ali sama sekali?
Ketiga, let's be honest, beberapa ide buku ini ada yang mencaplok dari Harry Potter. Contohnya, berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain menggunakan bubuk dan perapian? Floo Powder *Check*
2/5 bintang untuk alur ceritanya.
Terlepas dari kekecewaan saya ini, saya rasa Bumi adalah sebuah novel yang menarik untuk dibaca apalagi untuk fanatik fantasi seperti saya. :) Good luck Kak Tere Liye untuk novel-novel lanjutannya!
Rating 3/5 stars
Originally posted on my Goodreads, July 28, 2015
No comments:
Post a Comment